Perdebatan tiada akhir tentang manakah yang lebih berhasil antara kondominium maupun rumah tapak. Besarnya orang yang bekerja memilih untuk tinggal di rumah karena mereka tidak mempunyai waktu buat merapikan atau merapikan tempat tinggal yang terlalu besar. Lain halnya untuk rumah tapak tentunya lebih luas karena harganya juga mahal.Untuk keluarga yang punya anggota keluarga 5 atau lebih akan lebih baik memilih rumah tapak.
Masyarakat dengan mobilitas tinggi cenderung membutuhkan sarana olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh mereka agar apartemen dinilai sangat sesuai untuk mereka. Sangat menyusahkan andaikan ditengah malam kita harus kepanasan karena ac kita tidak hidup karena mati lampu bergilir maka sejak itu berbagai dari mereka yang lebih memilih menetap di apartemen karena selalu tersedia listrik. Kekhawatiran akan banjir tentunya mengancam setiap individu yang mempunyai rumah tetapi untuk hunian sendiri tergolong aman diantara bencana banjir. Akses jalan keluar menjadi krusial jika terjadi fenomena yang tidak dikehendaki seperti bencana alam.
Rumah tapak mempunyai daya tariknya sendiri, selain lebar dan punya bangunan juga tanah sendiri rumah tapak juga dipandang sebagian seseorang sebagai simbol kemapanan. Orang yang sudah sukses tidak melihat selisih nilai apabila hanya berbeda sedikit, tetapi melihat keuntungan masa depan. Kerugian dari tinggal di hunian adalah bahaya banjir yang dapat sewaktu-waktu datang. Sejak keadaan genting orang yang tinggal di rumah tapak peroleh dengan gampang melarikan diri. Setiap orang atau keluarga pasti mempunyai preferensi untuk tempat tinggal atau hunian mereka. Cara sering jatuh pada rumah tapak atau apartemen. Beberapa orang senang tinggal di rumah tapak karena lebih luas dan peroleh punya pekarangan atau tempat mobil yang dapat dimanfaatkan bagi berbagai aktivitas. Demi kondominium sendiri lebih praktis dan ringkas dengan ukuran yang tergolong sempit mulai dari studio hingga beberapa kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar